قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ
بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ
بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ
اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (64)
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan)
yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa
tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan
sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain
sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah
kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah
diri (kepada Allah)." (ali Imron: 64)
Kita semua faham bahwa ayat di atas, adalah seruan ALLOH kepada AHLI
KITAB untuk berpegang dengan kalimat yang sama dengan umat ISLAM, yaitu
kalimat TAUHID, dengan menjadikan ALLOH saja sebagai TUHAN YANG PATUT
DISEMBAH.
Ini adalah AYAT yang sangat agung dalam menyelesaikan berbagai
masalah perbedaan ‘aqidah/tauhid
dari satu rumpun SUMBER yang sama,
warisan NABI IBRAHIEM, penyelesaian kepada kalimat yg satu ini tidak
hanya terhadap AHLI KITAB, namun juga terhadap perbedaan yang dialami
umat islam secara INTERNAL.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa saat ini, dalam kajian2 keislaman, terdapat banyak sekali perbedaan yang cukup mendasar, sepert;
a. Perselisihan terhadap BOLEH / TIDAK nya berwasilah kepada NABI, ketika nabi sudah wafat..
b. Perselisihan terhadap ziarah kubur dengan tujuan bertawasul atau mengabil barokah/karomah ahli kubur
Tentu perselisihan2 dalam hal ini SANGAT BURUK, karena bagi sebagian
kalangan yang mengharamkan telah memasukan dalam ranah ‘AQIDAH/TAUHID,
sementara bagi sebagian kalangan yang justeru membolehkan, tidak
menghubungkan dengan tauhid.
Hal ini sama persis dengan kasus AHLI KITAB, atau lebih tepatnya
KRISTENER yang menganggap masalah ketuhanan YESUS bukanlah suatu
KESYIRIKAN, karena dalam persepsi mereka, mereka menganggap YESUS
sebagai FIRMAN yang adalah satu kesatuan dengan TUHAN itu sendiri,
padahal bagi MUSLIM, kesyirikan kristener sangat jelas, sejelas matahari
di siang hari...
Akan tetapi, ALLOH tetap mencari jalan tengah kepada mereka, untuk
kembali kepada satu kalimat yang diseru oleh para NABI, yaitu menjadikan
ALLOH saja sebagai ILLAH.
Saudara2 seiman sekalian, jangan lagi kalian berkilah bahwa AYAT ini ditujukan bagi AHLI KITAB n bukan bagi kita...
Ingatlah selalu, bahwa dalam penyampaian, AL-QURAN sering
kali menggunakan batasan terjauh, untuk mendapatkan batasan terdekat.
Hal ini sebagaimana perintah untuk TIDAK MENDEKATI ZINA, (batasan jauh) untuk sasaran yang lebih dekat, yaitu ZINA itu sendiri.
Demikian halnya ayat tersebut, menggunakan kalimat yang jauh, untuk
menegur kita, UMAT ISLAM itu sendiri agar senantiasa menjaga KESATUAN N
KESATUAN PANDANGAN dalam TAUHID, yaitu menjadikan ALLOH saja ILLAH yang
wajib disembah.
Karenanya, adalah LEBIH BIJAK, LEBIH UTAMA, jika ada sebagian saudara
kita yang menganggap bahwa berwasilah kepada NABI, ketika nabi telah
wafat, berziarah dengan tujuan wasilah ke makam para wali, bahkan sampai
menjadikan kuburan sebagai MASJID, karena banyaknya orang yg mengaji di
kuburan n bukannya di masjid... adalah suatu KESYIRIKAN, sementara kita
memahami sebagaimana pemahaman kristener terhadap kesyirikan terhadap
NABI ISA, tidak akan RUGI sedikitpun jika kita mendengar teguran saudara
kita n kembali kepada kesatuan kalimat
APAKAH KITA RUGI JIKA TIDAK BERWASILAH KEPADA NABI..?
TIDAK SAMA SEKALI..
Karena ALLOH menjamin akan mengabulkan do’a siapa saja yang berdo’a kepadanya,
Semua rahasia itu terletak dalam firmanNYA;
ادعواني أستجب لكم ALLOH tidak menggunakan
kata jawab FA (ف), hal ini
mengandung suatu RAHASIA yang sangat lembut, bahwasanya dalam do’a cukup
kita langsungkan kepada ALLOH, sebagaiana ALLOH tidak membutuhkan
perantara huruf FA, DEMIKIAN JUGA KITA TIDAK PERLU membutuhkan perantara
yang diperselisihkan oleh kita sendiri.
Bukankah ALLOH memerintahkan kita untuk menikhlaskan diri dalam ibadah, sebagaimana firmanNYA;
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (2)
Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan
(membawa)
kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya. (az-Zumar: 2)
Dan bukankah do’a adalah sumsum/intinyanya ibadah..?
الدعـــاء مــخ العبـــادة
Do’a adalah inti ibadah
Jika demikian, bukankah artinya kita tidak diperbolehkan menduakan ALLOH dalam ibadah…?
Bukankah apa yang dilakukan kristener, tidak lain menjadikan NABI
ISA/YESUS sebagai WASILAH/perantara menuju keredho’an TUHAN BAPAK..?
=====================
16 Karena begitu besar kasih Allah akan
dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
18 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum;
barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman… (Yohanes 3;
16-18)
=====================
قُلْ إِنْ كَانَ لِلرَّحْمَنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ
. Katakanlah, jika benar Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka
akulah (Muhammad) orang yang PERTAMA dalam beribadah terhadap
KETAUHIDAN ALLOH dan menolak kesyirikan itu. (Az-Zuhruf: 81)
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى
ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ
إِلَهَيْنِ مِن دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ
أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِن كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ
تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلاَ أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنتَ
عَلاَّمُ الْغُيُوبِ (116)
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah
kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang
tuhan selain Allah?." Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan
aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau
Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib."
(Al-Maidah: 116)
Wahai umat islam, apakah kalian mengira KRISTENER menyembah NABI ISA/YESUS...?
Tidak sama sekali, bahkan kristener adalah agama yang tidak pernah
sujud kepada TUHAN, mereka hanya berdo’a meminta kepada YESUS, yang
dianggapnya sebagai TUHAN/ANAK TUHAN, apakah anda ingin berkilah juga
bahwa hal itu wajar karena mereka menganggap YESUS sebagai TUHAN,
baiklah mari kita lanjut pembacaan kita atas ayat di atas..
APAKAH KRISTENER MENYEMBAH/MENGANGGAP BUNDA MARIA SEBAGAI TUHAN..?
Sekali-kali tidak, hanya saja mereka kadang kala BERDO’A
kepada BUNDA MARIA, selaku manusia suci yang bisa menghantarkan kepada
TUHAN.
Lalu, bagaimana mungkin kita menyatakan wasilahnya Kristen SYIRIK,
sementara wasilahnya kita kepada
NABI MUHAMMAD setelah wafat tidak
syirik..?
Bukankah kesyirikan masyarakat quraish adalah karena menjadikan
patung orang2 sholeh, atau patung yang dianggap MALAIKAT agar memberi
SYAFA’AT kepada mereka (lihat tafsir ibnu katsir az-zumar: 2) sebagai
wasilah dalam beribadah kepada ALLOH sebagaimana Az-Zumar; 3..?
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ
دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى
اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ
يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ (3)
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami
tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada
Allah dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di
antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya
Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat
ingkar.(az-Zumar: 3)
Lalu, bagaimana mungkin kita menyatakan wasilahnya quraish kepada
orang2 sholeh yang telah wafat atau kepada MALAIKAT SYIRIK, sementara
wasilahnya kita kepada NABI MUHAMMAD setelah wafat tidak syirik…?
Apakah antum berfikir bahwa WASILAH KEPADA NABI ADALAH SUATU KEUTAMAAN…?
Jika begitu, mengapa NABI TIDAK MENGAJARKAN LANGSUNG kepada kita…?
NABI MENGAJARKAN semua wasilah do’a, bahkan hingga pada kata;
رب العـــرش العظـــيم
Namun, mengapa nabi melewatkan wasilah kepada dirinya..?
Yang ada justeru Nabi menjamin kepada siapa saja yang mendo’akan Nabi
untuk mendapatkan WASILAH (padahal wasilah itu memang tempat tertinggi
di surga diperuntukan bagi NABI) akan mendapat syafa’atnya, namun tidak
ada jaminan darinya bagi siapa saja yang berwasilah atas namanya setelah
ia wafat akan mendapat keutamaan2.
Jangan katakan antum adalah orang2 yang paling bersegera dalam kebaikan..
Ada ribuan sahabat yang menjadikan sholat malam, layaknya sholat
wajib, mengkhatamkan bacaan al-quran hanya dalam beberapa hari, saling
mencuri ilmu kepada nabi, sebagaimana datangnya kaum papa kepada beliau
agar bisa seimbang dalam amalan dengan kaum yg berkelimpahan rezeki..
Jika itu suatu keutamaan, tentulah sudah ada minimal 10 riwayat
sahabat yang menjelaskan hal itu, karena mereka sangat faham, bahwa
MENYEMBUNYIKAN ILMU ADALAH DOSA.
Ingatlah, tidak ada satu kelompok pun, saat ini yang memiliki seluruh
kebenaran, karena memang sudah menjadi SUNNAHnya, masing2 muslim
berkaca kepada saudara2 muslim yang lain.
Jika apa yang menjadi tujuan kita hanyalah mencari CELAH terhadap
sesama umat islam, baik terhadap kelompok atau individu, maka
ketahuilah, tidak ada satu pun kelompok/jama’ah yang terdiri dari
individu, yang suci dari kesalahan.
Namun jika ada sebagian saudara kita yang berusaha menasehati kita
dalam kebenaran, walaupun kita tidak suka atau tidak setuju, jadikanlah
itu sebagai bahan perbandingan, apalagi jika kita merasa, bahwa memang
wasilah kepada NABI pasca nabi wafat, atau berziarah ke kuburan dengan
niat wasilah kepada orang sholeh HANYA BERNILAI MUBAH, alangkah lebih
baik jika kita kembali kepada KALIMAT YANG SATU….
Itulah ESENSI BERPEGANG TEGUH KEPADA TALI ALLOH... (ali Imran: 103)
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً
فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آَيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
(103)
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (ali
Imran: 103)
ALLOH A’LAM..